Selain dikenal tempatnya pindang gunung buhun (semacam sup ikan), di kabupaten ini juga mulai dikenal dengan olahan berbahan dasar kecombrang (etlingera hemisphaerica) atau masyarakat Sunda menyebutnya honje. Lazimnya, bunga honje dijadikan bahan campuran atau bumbu penyedap aneka masakan di Nusantara. Kuntum bunga ini sering dijadikan lalap atau direbus lalu dimakan bersama sambal. Demikian pula buahnya dan bagian dalam dari pucuk (tunas) yang muda, biasa digunakan dalam masakan atau campuran sambal. Di kabupaten Pangandaran, honje justru diolah menjadi minuman dalam bentuk jus honje. Lokasi yang menjadi sentra pengolahannya berada Kecamatan Mangunjaya, sebagai daerah penggagas awal dari jus ini. Saat ini pengolahannya tidak hanya di Kecamatan Mangunjaya saja, melainkan sudah menyebar ke daerah lain, seperti di Dusun Bojongmalang, Desa Karangbenda, Kecamatan Parigi. Pengolahan honje dilakukan Kelompok Tani Perempuan Naratas. Honje yang digunakan untuk membuat jus adalah jenis honjelaka dan honje biasa dikarenakan kalau menggunakan honje biasa hasilnya kurang bagus kalau honje biasa hasil warnanya merah jambu seperti warna air keruh. Tapi kalau honje laka lebih merah warnanya. Membuat jus honje sangat mudah, yakni honje terlebih dahulu dicuci dan dibersihkan dari bulu-bulu halusnya, Setelah itu ditumbuk atau diblender untuk kemudian direbus dan diberi gula agar terasa manis. Satu tangkai ukuran 1/2 kag bisa menjadi 10 gelas besar.
Adapun khasiat dari jus honje di antaranya dapat memulihkan stamina, menghilangkan masuk angin dan menurunkan kolesterol juga darah tinggi. Saat ini jus honje menjadi salah satu minuman yang banyak digemari. Dengan demikian dia berharap ada peran aktif dari pemerintah khususnya Disperindagkop dan UMKM Kabupaten Pangandaran untuk memberikan pelatihan guna pengembangan, pemasaran, serta pengemasan. Dalam pembuatannya jus honje tidak menggunakan bahan pengawet, dan bila jus honje disimpan di dalam kulkas akan bertahan selama satu bulan.